5 Fakta Unik Bunga Edelweiss Rawa, Viral usai Dirusak Geng Motor Trail

NGANJUK, iNewsNganjuk.id,- Berita tentang   kerusakan area pelestarian bunga Edelweiss Rawa oleh acara motor trail di Ranca Upas menjadi perhatian publik.

Banyak warganet yang merasa emosi dan prihatin atas tindakan tersebut. Dan salah satunya yakni petani Edelweis rawa, Mang Upit. Bahkan, kemarahan Mang Upit ini diunggah melalui video Tiktok @mang_uprit_mangprang79.

Kawasan Ranca Upas sendiri merupakan kawasan hijau yang sering digunakan oleh pengunjung untuk melakukan kemah dan glamping, serta juga menjadi habitat rusa dan beberapa tanaman langka

Dilansir dari beberapa sumber, Berikut fakta menarik Bunga Edelweiss Rawa

1. Hanya Tumbuh di Dua Negara

Bunga Edelweis rawa ini memiliki karakteristik yang yang berbeda dengan bunga Edelweis pada umumnya. Jika Edelweis tumbuh di ketinggian, sedangkan bunga Edelweis Rawa ini bias tumbuh di rawa-rawa.

Tanaman ini hanya tumbuh di dua Negara, yakni di Indonesia dan di California, Amerika Serikat.

Di Indonesia sendiri, Bunga Edelweis rawa hanya tumbuh di Danau Ciharus, Garut, Jawa Barat dan Ranca Upas, Bandung.

2. Tanaman langka

Edelweis Rawa ini merupakan salah satu bunga langka yang ada di Indonesia karena hanya tumbuh di Ranca Upas, dan Danau Cihaus, Garut.

Dengan status Edelweis rawa yang langka membuat tanaman ini dilindungi dan tidak boleh dipetik.

3. Bunga Abadi

Edelweis rawa ini hampir sama dengan Edelweis yang tumbuh di gunung. Sama- sama memiliki jangka waktu mekar yang lama dan tidak gampang layu.

4. Pernah tumbuh di Kalimantan

Benga Edelweis jenis ini juga pernah tumbuh di Kalimantan, namun untuk saat ini sudah punah akibat kondisi alam dan ulah dari manusia sendiri.

5. Karakteristik Bunga Edelweis Rawa

Bunga ini memiliki karakteristik tangkai panjang dengan daun yang mirip dengan rumput.

Pada saat mekar bunga ini memiliki penampakan mahkota berwarna putih, sementara sebelum mekar mahkota nya berwarna coklat.

Nah itulah sederet fakta bunga Edelweis rawa yang merupakan tanaman langka.

Editor : Meita Nila Sari