get app
inews
Aa Text
Read Next : Konektivitas dan Estetika: Jembatan Kutorejo Siap Jadi Ikon Baru Nganjuk

Ketika Filosofi Mulai Pudar di Gedung Juang 45 Nganjuk

Jum'at, 09 Mei 2025 | 13:56 WIB
header img
Gedung Juang 45 Nganjuk. Foto : iNewsNganjuk/John.

Nganjuk.iNews.id – Di tengah geliat pembangunan fisik di berbagai sudut kota, Gedung Juang 45 dan Pemuda Nganjuk justru menyuguhkan pemandangan yang memilukan. Diresmikan pada 7 Maret 1978 oleh Menteri Dalam Negeri Amir Machmud, gedung yang seharusnya menjadi monumen penghormatan terhadap para pejuang kemerdekaan ini kini nyaris terabaikan.

Sejumlah bagian atap dan plafon gedung tampak jebol dan lapuk. Bahkan, ada bagian plafon yang sudah runtuh, menyisakan rangka dan serpihan material yang tak sedap dipandang mata. Kondisi ini memicu kekhawatiran dari masyarakat, terutama para pegiat sejarah dan budaya.

“Gedung ini dibangun dengan penuh makna simbolik, mulai dari pagar bambu runcing berjumlah 1945, monumen TRIP, hingga relief Proklamasi. Tapi sekarang, kita menyaksikan bagaimana nilai-nilai itu seperti dibiarkan lapuk bersama bangunannya,” ujar Sukadi, Humas Kotasejuk (Komunitas Pecinta Sejarah dan Ekologis Nganjuk), saat ditemui di lokasi, Kamis 8 April 2025.

Gedung Juang 45 bukan sekadar bangunan tua, usianya nyaris setengah abad. Ia adalah pengingat akan perjuangan dan pengorbanan para pelajar pejuang yang tergabung dalam Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP), serta simbol semangat kemerdekaan yang tercermin dari setiap sudut desain arsitekturnya. Pilar-pilar utama yang berjumlah lima melambangkan Pancasila, kolam berbentuk melati melambangkan Ibu Pertiwi, dan berbagai elemen lain yang sarat makna perjuangan.

Namun, satu per satu kekayaan simbolik itu mulai hilang. Trap atau tangga bertingkat dengan jumlah 17 dan 8 (angka tanggal bulan kemerdekaan Indonesia)  yang semula mengarah ke teras lantai dua, tempat relief detik-detik Proklamasi dipasang, telah dihancurkan dan diganti dengan pilar beton tanpa makna historis yang jelas.

“Yang menyedihkan bukan hanya kerusakan fisik, tapi bagaimana semangat sejarahnya ikut dikebiri. Perubahan dan pembiaran seperti ini adalah bentuk pengabaian terhadap warisan perjuangan,” tambah Sukadi.

Ia pun berharap pemerintah daerah segera mengambil langkah konkret, bukan sekadar tambal sulam, melainkan pemulihan yang berpijak pada pelestarian nilai sejarah. Gedung Juang 45 dan Pemuda Nganjuk, katanya, bukan sekadar aset fisik, tetapi bagian dari jati diri kolektif masyarakat Nganjuk.

Editor : Agus suprianto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut