NGANJUK, iNewsNganjuk.id - Peristiwa 27 Juli 1996 (Kudatuli) menjadi catatan sejarah penting bagi bangsa Indonesia. Lebih-lebih bagi kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Peristiwa Kudatuli merupakan penyerangan terhadap kantor DPP PDI di Jakarta, 27 tahun silam, yang mengakibatkan perlawanan luas di berbagai daerah. Serangan terhadap partai politik pimpinan Megawati Soekarnoputri itu tercatat sebagai tragedi kelam di masa Orde Baru.
Untuk mengenang dan meresapi makna dari peristiwa bersejarah tersebut, DPC PDIP Nganjuk menggelar sarasehan dan tumpengan, Kamis malam (27/7/2023), di Kantor DPC PDIP setempat.
Ketua DPC PDIP Nganjuk Tatit Heru Tjahjono mengatakan, sarasehan Kudatuli diikuti oleh seluruh jajaran Pengurus dan Badan Pemenangan (BP) Pemilu DPC PDIP Nganjuk.
Dalam sarasehan tersebut, Tatit memandu diskusi dan pembahasan sejarah peristiwa Kudatuli. Di mana, nilai perjuangannya masih relevan dengan situasi kekinian.
"Peristiwa Kudatuli 27 tahun silam menjadi pendidikan sejarah penting bagi keluarga besar PDIP Nganjuk, terutama kader-kader muda. Termasuk juga bagi para Bacaleg PDIP Nganjuk yang akan bertarung di Pemilu 2024 mendatang," ujar Tatit Heru Tjahjono, Kamis malam (27/7/2023).
Dengan terus mengenang peristiwa tersebut, menurut Tatit akan mendorong kader-kader partai agar selalu mengingat sejarah.
Melalui peringatan ini pula Tatit berharap, akan semakin terbentuk kekompakan, rasa gotong-royong, soliditas dan militansi kader PDIP, dalam menghadapi Pemilu 2024.
Untuk diketahui, Tatit sendiri adalah putra dari Almarhum Soesilo Muslim, tokoh sesepuh PDIP Nganjuk. Mbah Muslim, sapaannya semasa hidup, juga dikenal sebagai pelaku sejarah dan mengalami langsung peristiwa Kudatuli di Jakarta.
Editor : Agus suprianto