Selain itu, motif Sair melambangkan semangat warga Tanimbar dalam berkarya, memelihara identitas, melindungi wanita, dan mempertahankan nilai-nilai. Penghargaan terhadap emansipasi wanita telah ditanamkan sejak zaman leluhur Tanimbar.
Kain Tenun Tanimbar juga dikenal lewat motif Tunis atau anak panah. Motif ini mencerminkan kewaspadaan warga Tanimbar terhadap ancaman. Bagi wanita Tanimbar, motif ini juga berarti kekuatan dan kesiapan mental menghadapi tantangan.
2. Mengulik Proses Kreatif Kain Khas Maluku
Setelah mendalami makna-makna motif kain khas Maluku, kita sadar bahwa keunikan ini membuatnya memiliki nilai tinggi. Tak hanya karena motifnya, proses kreatifnya pun memakan waktu.
Asalnya, kain tenun ini diciptakan untuk perhiasan mas kawin yang diberikan dari pihak lelaki kepada perempuan.
Selanjutnya, kain tenun dijaga dan dijual hanya jika sangat diperlukan. Produksi kain tenun Maluku tak mengenal peralatan modern.
Masyarakat Maluku mengaplikasikan alat pemintal tradisional dengan benang kapas. Pewarnaan pun tidak menggunakan pewarna buatan, melainkan ramuan pewarna alami dari akar kayu dan dedaunan.
Namun, terdapat pantangan di Tanimbar yaitu melarang menenun saat ada kerabat yang meninggal. Masyarakat mempercayai suara alat tenun dapat memanggil arwah dari kuburan.
Menariknya, kain tenun Tanimbar bisa dikenakan oleh siapa pun tanpa memandang status sosial, apakah raja ataupun warga biasa.
Ini mengikuti sistem kekerabatan 'Lebit Lokat' atau 'emas untuk semua' yang menyuarakan hak dan kewajiban yang setara bagi tiap individu.
Kain khas Maluku ini dapat dijadikan pakaian atau penutup kepala untuk menyambut tamu.
Demikianlah beberapa fakta menarik yang dapat diambil dari kain tenun Tanimbar, sebuah harta budaya yang memikat dari Maluku.
Editor : Meita Nila Sari