Museum Anjuk Ladang, Menilik Potret Sejarah Kabupaten Nganjuk

NGANJUK, iNewsNganjuk.id,- Ada banyak kegiatan yang dapat anda nikmati selama liburan akhir pekan ini, salah satunya adalah mengunjungi Museum Anjuk Ladang di Nganjuk, Jawa Timur. Selain sebagai destinasi wisata, Anda juga dapat memperoleh pelajaran sejarah yang berharga di sini.

Museum Anjuk Ladang Nganjuk menghimpun beragam artefak sejarah dari masa lalu yang ditemukan di wilayah tersebut. Prasasti Anjuk Kadang, sebagai asal mula berdirinya Kabupaten Nganjuk, adalah salah satu dari koleksi bersejarah yang ada di sini.

Baca Juga

Terkuak Ini Penyebab Nganjuk Dijuluki Kota Angin

Didirikan pada tahun 1993-1996 dengan inisiatif dari Bupati Nganjuk saat itu, Soetrisno Rachmadi, Museum Anjuk Ladang resmi dibuka pada 10 April 1996, bertepatan dengan hari jadi Kabupaten Nganjuk yang ke-1059.

Jika anda berada di Kabupaten Nganjuk dan tertarik untuk mengunjungi museum ini, lokasinya berada di pusat kota Nganjuk, tepatnya di sebelah timur Terminal Bus Kota Nganjuk.

Ketika berada di sana, anda akan merasakan ketenangan dan kenyamanan. Berbagai artefak dan peninggalan budaya dari zaman Hindu, Doho, dan Majapahit yang berasal dari Kabupaten Nganjuk dapat ditemukan di sini. Prasasti Anjuk Ladang, yang menjadi awal dari berdirinya Kabupaten Nganjuk, juga dijaga di museum ini.

Baca Juga

Nganjuk Kota Angin, Begini Asal-usul dan Sejarahnya

Museum Anjuk Ladang Nganjuk memiliki beberapa bagian bangunan yang berbeda. Di bagian depan terdapat joglo yang menjadi tempat prasasti Anjuk Ladang disimpan, sementara bangunan utama berfungsi sebagai tempat penyimpanan guci, mangkuk, wayang kulit, genta, topeng, dan lainnya.

Wisata sejarah di Museum Anjuk Ladang juga menawarkan fasilitas seperti toilet, Gazebo, serta tempat untuk menikmati kuliner khas dan lainnya.

Di museum ini, anda juga dapat berfoto dengan latar belakang berbagai artefak bersejarah, seperti arca-arca batu dan boneka Lara Bengok. Selain itu, anda dapat menemukan spot menarik yang menjadi favorit pengunjung, seperti di depan fosil-fosil hewan kuno yang ada di museum ini.

Editor : Agus suprianto