get app
inews
Aa Text
Read Next : Hitungan Bulan, Proyek Senilai 116 Juta di Mlilir Berbek Rusak

Nyadran Desa Gejagan, Tradisi Syukur dan Spirit Leluhur yang Terus Menyala

Sabtu, 10 Mei 2025 | 14:14 WIB
header img
Kepala Desa Gejagan, Loceret, Dedy Nawan. Foto : iNewsNganjuk/Johnarief.

Nganjuk iNewsNganjuk.id – Nuansa kebersamaan dan kearifan lokal mewarnai akhir pekan warga Desa Gejagan, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Sabtu pagi (10/5), masyarakat menggelar tradisi Nyadran atau Bersih Desa, sebuah perayaan budaya yang telah diwariskan turun-temurun sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan dan penghormatan kepada leluhur desa.

Rangkaian acara dimulai dengan selamatan di makam leluhur. Warga datang membawa tumpeng dan sesaji, memanjatkan doa bersama demi keselamatan dan kelimpahan rezeki. Prosesi ini berlangsung khidmat di tengah suasana sakral yang dipenuhi suasana haru dan kebersamaan.

Pada malam harinya, kesenian tradisional Langen Bekso Tayub akan dipentaskan di pendapa desa. Tarian khas Jawa ini tidak hanya menjadi hiburan warga, namun juga media pelestarian nilai-nilai budaya dan spiritual yang terus dijaga oleh masyarakat setempat.

Kepala Desa, Dedy Nawan, menyampaikan rasa syukur dan harunya atas kelancaran seluruh prosesi. Dalam wawancaranya, dia menegaskan pentingnya tradisi Nyadran sebagai bagian dari jati diri masyarakatnya.

"Alhamdulillah hari ini hari berbahagia untuk seluruh warga Desa Gejagan dan juga pemerintah Desa Gejagan. Hari ini adalah hari Bersih Desa kita—Nyadran, Sedekah Bumi—yang tiap tahun kita lakukan bersama sebagai wujud syukur kepada Allah SWT atas limpahan rezeki-Nya kepada kita semuanya," ungkap Dedy.

Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa perayaan ini juga menjadi bentuk penghormatan kepada para pendiri desa yang telah membuka dan membabat tanah Gejagan di masa lalu.

"Ini juga sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih kita pada cikal bakal Desa Gejagan yang Alhamdulillah telah memperjuangkan, membabat tanah desa ini, sehingga kita bisa berdomisili dan menjalani kehidupan sampai sekarang dalam keadaan baik dan sehat walafiat," terangnya.

Dalam konteks spiritualitas budaya, Dedy juga menekankan bahwa nilai-nilai kejawen masih menjadi bagian penting dari identitas warga.

"Karena mau tidak mau, kita ‘nggak lali Jowone’ kita tetap eling sangkan paraning dumadi. Cikal bakal desa kita memang orang Jawa. Jadi mau tidak mau, itu menjadi roh spiritual kita. Bahwa apa pun juga, kita tetap akan ingat asal-usul dan tetap bersyukur kepada para pejuang desa," pungkasnya.

Prosesi dilanjut besok hari Minggu (11/5), dengan kirab gunungan hasil bumi yang diarak keliling desa, mengenakan pakaian adat dan membawa simbol-simbol kemakmuran, rangkaian acara akan ditutup dengan pentas seni rakyat.

Editor : Agus suprianto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut