Menurut cerita dari masyarakat mitos ini bermula dari pasangan suami istri kyai kasur dan nyai kasur. Suami istri tersebut merupakan pengikut dari pangeran Diponegoro. Diketahui perang pangeran Diponegoro berlangsung pada tahun 1825 sampai 1830.
Konon kyai kasur tetap ingin ikut dengan Pangeran Diponegoro sedangkan nyai kasur melarang. Karena perbedaan inilah membuat keduanya pisah ranjang dan menetap di Desa Kasuran. Kemudian mereka bersumpah sama- sama tidak tidur enak hingga cita-cita pangeran Diponegoro tercapai.
Sampai saat ini anak keturunannya memegang sumpah nenek moyangnya tersebut. Aturan ini tidak hanya berlaku untuk penduduk lokal saja namun juga para pendatang yang berkunjung ke Desa Kasuran.
Warga Desa rata- rata akan tidur diatas lantai yang dialisi oleh tikar ada juga yang punya ranjang namun diatasnya alasi tikar. Karena sudah terbiasa warga Desa ini tidak merasa kurang dalam hidupnya, sama seperti orang yang lainnya yang memakai springbed ataupun kasur yang empuk mereka tetep dapat tidur dengan nyenyak dan nyaman.
Menurut cerita dari masyarakat pernaha ada warga yang mencoba untuk tidur diatas kasur, namun mereka ditimpa hal yang tidak mereka inginkan. Saat tidur beralaskan kasur ada yang tiba-tiba sakit, tetapi sakitnya hilang saat kasur tersebut dibuang. Ada juga yang membuang kasur ditengah sawah karena ada ular di dalam rumah saat mereka memakai kasur.
Karena hal- hal aneh yang tersebut sampai sekarang tidak ada warga yang berani tidur diatas kasur. Mereka percaya dengan cerita yang diceritakan secara turun temurun tersebut. Kejadian tersebut sudah menjadi bukti bahwa lebih baik tidak tanpa menggunakan kasur.
Editor : Meita Nila Sari