JOMBANG, iNewsNganjuk.id, - Saat memasuki musim kemarau dan dalam rangka memperingati Kemerdekaan Indonesia yang ke-78, Pemerintah Desa Mundusewu di Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang, mengadakan acara tradisi ujung guna memohon hujan pada Minggu (27/08/2023).
Lokasi acara dipadati oleh ratusan pengunjung yang turut hadir untuk menyaksikan acara tradisi ujung yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Mundusewu.
Peserta tradisi ujung terlihat penuh antusiasme dalam mengikuti kegiatan ini, tanpa memandang usia, baik yang tua maupun yang muda, mereka berpartisipasi dalam tradisi ujung yang telah diwariskan oleh nenek moyang warga Desa Mundusewu.
Tujuan utama dari tradisi ini adalah untuk memohon hujan agar para petani di Desa Mundusewu bisa melanjutkan bercocok tanam dengan pasokan air yang mencukupi.
Namun, mengikuti tradisi ujung ini membutuhkan keberanian. Para peserta dihadapkan pada tantangan untuk berduel dengan memegang rotan dan saling memukul secara bergantian untuk menguji kekuatan tubuh, dengan menggunakan rotan sebagai cambuk.
Seni tradisional ini hingga saat ini masih dijaga dan dilestarikan di beberapa daerah di Jombang, termasuk Desa Mundusewu di kecamatan Bareng. Risiko mengalami luka lecet di punggung akibat pukulan rotan merupakan hal yang mungkin terjadi.
Usai acara, Supriyono, salah seorang peserta tradisi ujung, dengan bangga mengungkapkan rasa senangnya bisa meramaikan acara ini. Biasanya, ia juga mengikuti kegiatan serupa di Mojokerto, Madura, dan Wonosalam di Jombang.
“Meskipun mengalami luka lecet akibat pukulan rotan, saya merasa bangga dan berharap agar tradisi ujung ini tetap hidup,” tutur Supriyono.
Sementara itu, Kepala Desa Mundusewu, Anisa, menjelaskan bahwa tradisi ujung diadakan dalam rangka memperingati Kemerdekaan Indonesia ke-78 serta sebagai upaya untuk mengatasi kemarau yang panjang. Tradisi ujung ini merupakan warisan leluhur yang kini dihidupkan kembali. Anisa berharap agar hujan segera turun dan para petani bisa kembali bercocok tanam. Tradisi ini menjadi cara untuk menjaga budaya leluhur di Desa Mundusewu.
Editor : Agus suprianto