JOMBANG, iNewsNganjuk.id - Lutful Hakim pemuda asal Jombang sukses mengolah sayur gambas menjadi spons organik untuk mandi, cuci piring dan peralatan dapur lainnya. Berkat usahanya ini, dia berhasil meraup omzet fantastis.
Kepada iNewsNganjuk.id, Lutful Hakim mengaku usahanya ini sudah dirintis sejak setahun yang lalu saat pandemi Covid 19. Untuk pemasarannya dipasarkan melalui online maupun secara langsung.
Lutful Hakim kemudian menjelaskan cara membuat spons dari sayur gambas. "Pembuatannya membutuhkan waktu 9 hari. Dari mulai memisahkan isi gambas dari kulit sayurnya dengan cara memukul-mukul sampai kulitnya terkelupas," paparnya.
Setelah itu, sayur gambas direndam selama 3 hari dalam ember, lalu dipindahkan ke dalam drum.
"Tujuannya agar getas dan dagingnya hilang. Ketika menyisakan serat dijemur hingga kering, setelah kering baru proses packing, ” tambah Lutful Hakim.
Saat ini, kendala yang dihadapi pemuda asal Jombang ini adalah bahan baku serta cuaca yang ekstrem.
Hal itu lantaran prosesnya yang masih tradisional. Bahkan untuk proses pengeringan spons hanya mengandalkan sinar matahari.
“Kalau proses normal biasanya 4 sampai 5 hari, dari awal sampai akhir. Untuk saat ini karena cuaca ekstrim bisa sampai 9 hari”, ungkapnya
Lutful Hakim menambahkan, untuk sehari produksi bisa menghasilkan spons kisaran 300 – 400 biji gambas. Tergantung saat panen kalau hasil melimpah bisa sampai 400 lebih.
Dalam sebulan, usaha membuat spons mampu menghabiskan 7 hingga 8 ribu biji. Harga yang dipatok antara Rp8.000 sampai Rp12.000, tergantung kualitas atau besar kecilnya ukuran.
“Omzet rata-rata Rp12 juta sampai Rp 15 juta dalam satu bulan. Baik penjualan secara langsung maupun secara online,” ungkapnya
Kini usahanya berkembang, permintaan sponsnya banyak datang dari berbagai daerah seperti, Sidoarjo, Surabaya, Kediri, Magelang hingga Jakarta. Sedangkan luar pulau sampai Kalimantan hingga Bali.
Untuk mengatasi kendala bahan baku gambas ini, Lutful Hakim membangun kemitraan dengan petani baik di Jombang maupun di Nganjuk untuk menyuplai bahan baku usahanya.
“Mungkin satu-satunya kendala yang dihadapi saat ini hanyalah soal cuaca. Karena musim hujan pengeringan spons gambas membutuhkan waktu yang lama,” ungkapnya
Editor : Meita Nila Sari
Artikel Terkait