JOMBANG, iNewsNganjuk.id, - Seorang pensiunan guru di Jombang, bernama Riyanto (64), telah mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang inovatif dan ramah lingkungan di Kelurahan Kaliwungu, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang. Riyanto memulai proyek ini sebagai cara untuk mengurangi tagihan listrik bulanannya.
Saat ditemui Riyanto dengan antusias memperlihatkan rangkaian elektronik yang terdapat di lantai dua rumahnya. Berbagai komponen listrik seperti power inverter, Miniature Circuit Breaker (MCB), solar charger controller (SCC), dan beberapa baterai besar terlihat di sana.
Riyanto menjelaskan bahwa PLTS mini di rumahnya beroperasi dengan menangkap energi matahari melalui panel surya. Energi yang dihasilkan oleh panel surya kemudian mengalir ke MCB yang berfungsi membagi arus listrik ke baterai. Setelah melalui MCB, listrik disalurkan ke SCC sebelum akhirnya disimpan di baterai.
"Di SCC ini, tegangan dari 18 volt diturunkan menjadi 14 volt sebelum diisi ke baterai. Ini dilakukan agar baterai dapat menampung listrik dengan baik," jelasnya.
Awalnya, Riyanto membeli komponen-komponen ini secara bertahap melalui pasar online, dengan estimasi biaya total mencapai Rp 25 juta. Namun, dia merasa bahwa investasi ini sebanding dengan manfaat yang diberikannya.
"Kemungkinan biaya yang telah saya keluarkan mencapai Rp 20-25 juta. Tapi itu terasa sebanding, karena saya membelinya selama empat tahun," ungkapnya, Selasa (12/9/2023).
Riyanto menceritakan bahwa awalnya dia mencoba menghubungkan PLTS-nya dengan jaringan listrik PLN (on-grid) karena pembuatan PLTS off-grid akan memakan biaya yang cukup tinggi.
"Jika saya menggunakan instalasi off-grid, saya tidak punya cukup dana. Apalagi jumlah panel surya yang saya miliki tidak mencukupi kebutuhan listrik rumah," tambahnya.
Riyanto menjelaskan bahwa produksi listrik di rumahnya mencukupi untuk mengoperasikan satu kulkas dan tiga lampu dengan total daya sekitar 150 watt. Panel surya mampu menghasilkan 250 hingga 360 watt. Hal ini mengakibatkan surplus daya yang masih tersisa dari PLTS.
"Karena memiliki surplus daya yang cukup, meteran PLN di rumah saya mengalami kerusakan dan harus diganti. Oleh karena itu, saya beralih ke sistem PLTS off-grid dan menambah panel surya," jelasnya.
Setelah instalasi PLTS selesai, rumah Riyanto mampu mengoperasikan satu kulkas dan tiga lampu selama 24 jam nonstop, tergantung pada cuaca. Saat cuaca cerah seperti beberapa bulan belakangan ini, PLTS dapat menghasilkan listrik hingga 90 persen dari kebutuhan. Namun, saat cuaca mendung atau hujan, efisiensinya turun menjadi sekitar 70 persen.
Riyanto menambahkan bahwa sejak dia merakit PLTS ini mulai tahun 2019, biaya bulanan listriknya telah berkurang secara signifikan. Sebelumnya, dia mengeluarkan sekitar Rp 200 ribu untuk pembayaran listrik bulanan. Sekarang, dia dapat menghemat hingga 65 persen, sehingga tagihan listrik PLN hanya sekitar Rp 75 ribu per bulan.
Dengan pencapaian ini, Riyanto telah membuktikan bahwa inovasi dan ramah lingkungan dapat menguntungkan secara finansial dan lingkungan.
Editor : Agus suprianto
Artikel Terkait