get app
inews
Aa Text
Read Next : Menjelang Karnaval, Perajin Kostum di Jombang Kebanjiran Permintaan

Harga Kedelai Turun, Perajin Tempe di Jatigedong Jombang Bahagia Omzet Penjualan Naik 30 Persen

Jum'at, 11 Agustus 2023 | 09:47 WIB
header img
Perajin tempe yang sedang melakukan produksi. Foto: iNewsNganjuk.id/Sherly.

JOMBANG, iNewsNganjuk.id - Para perajin tempe di Dusun Jatirowo, Desa Jatigedong, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, merasa senang dengan penurunan harga kedelai. Penurunan harga tersebut telah meningkatkan omzet penjualan mereka sebesar 30 persen, memungkinkan mereka untuk meningkatkan produksi, seperti yang terlihat pada Kamis (10/08/2023).

Di lokasi, para pekerja terlihat sibuk memasukkan bahan kedelai yang telah dicampur dengan ragi ke dalam plastik berukuran sedang dan besar, untuk diolah menjadi tempe. Setiap tempe yang sudah dimasukkan ke dalam plastik, kemudian plastik direkatkan dengan lilin. Selanjutnya, tempe dipaketkan dan ditempatkan di tempat yang telah disediakan untuk tahap akhir pembuatan tempe, sebelum akhirnya siap dipasarkan.

Salah satu perajin tempe, Widawati (36), menjelaskan bahwa usaha pembuatan kerajinan tempe ini telah ditekuninya sejak tahun 2017, dan ia bekerja sama dengan lima orang karyawan di rumahnya. Widawati menjelaskan bahwa produksi tempe ini dipasarkan di pasar Ploso Jombang, dan permintaan cenderung meningkat dalam bulan ini dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Widawati juga menyampaikan bahwa harga kedelai saat ini telah turun dari Rp14.000 menjadi Rp11.000 perkilogram. Penurunan harga bahan baku kedelai ini mengakibatkan peningkatan omzet penjualan sebesar 30 persen. Dalam setiap produksi, dibutuhkan sekitar 60 kilogram kedelai, dengan setiap kilogram kedelai dapat menghasilkan sekitar 14 potong tempe.

Untuk harga jual tempe buatannya, Widawati menawarkan berbagai ukuran, dengan harga mulai dari Rp.1000 hingga Rp3.000 untuk satu potong tempe. Meskipun ada peningkatan omzet, Widawati juga mengakui adanya biaya tambahan untuk pembelian kayu bakar, yang harganya naik dari Rp8.000 menjadi Rp10.000, tetapi tetap lebih hemat daripada menggunakan gas elpiji.

Widawati berharap agar pemerintah dapat menjaga stabilitas harga kedelai agar tetap normal, yakni sekitar Rp11.000 perkilogram. Mengingat bahwa usaha pembuatan tempe ini bergantung pada bahan baku kedelai, para perajin tempe merasa khawatir jika terjadi kenaikan harga yang signifikan.

"Ketika harga stabil, para pengrajin tempe setidaknya dapat menghasilkan keuntungan dan menghindari kerugian. Namun, jika harga kedelai melonjak, banyak perajin tempe yang akan mengalami kerugian bahkan mungkin terpaksa menghentikan produksi," pungkas Widawati.

Editor : Agus suprianto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut