Meski motif tidak ditentukan oleh pemesan, dan hanya penentuan warna, Sugeng harus tetap mendatangkan bahan baku yang berupa benang dari China. Hal itu karena benang lokal tidak menjamin kualitas kain sarung menjadi lebih baik.
Akibatnya, berimbas pada harga jualnya yang saat ini harus dipatok mulai harga Rp500.000, hingga Rp900.000 per potong.
Harga pemasaran tersebut disamakan dengan harga jual dalam dan luar negeri, meski hasil dari produksinya ini banyak yang diekspor ke luar negeri, yaitu di negara- negara Timur Tengah.
Sementara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, cukup jarang. Dan dari hasil kerjanya ini Sugeng mampu meraup keuntungan hingga ratusan juta rupiah perbulan.
(iNewsNganjuk.id/Sherly)
Editor : Agus suprianto
Artikel Terkait