Menilik Kehidupan Nyata Masyarakat Kerajaan Majapahit yang Jarang Diketahui Orang

Meita Nila Sari
Perempuan yang sedang menguyah pinang, pada masa kerajaan Majapahit hal ini dilakukan setiap hari. Foto : iNewsNganjuk.id/ Meita

JAKARTA, iNewsNganjuk.id - Pastinya kita semua pernah berandai-andai memiliki kehidupan yang baik. Mungkin kita pernah membayangkan hidup enak, kaya raya, menjadi anak konglomerat bahkan menjadi ilmuwan hebat.

Namun pernahkah anda membayangkan jika anda hidup di kehidupan masa lampau. Pernah kah membayangkan jika anda hidup tanpa listrik, handphone, internet, dan televisi. Angan-angan itu akan menarik jika kita asosiasikan pada zaman yang cukup makmur di bawah naungan Kerajaan besar.

Bagaimana ya jika kita hidup menjadi masyarakat dari kerajaan yang besar dan makmur tapi tidak tersentuh listrik, internet maupun gadget. Nah kita akan flashback kehidupan dibawah naungan Kerajaan Majapahit.

Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan terbesar di Nusantara. Sempat berjaya pada masa pemerintahan raja Hayam Wuruk dibantu dengan Maha Patih Gajah Mada. Kerajaan ini hampir menguasai seluruh wilayah Nusantara hingga Tumasik dan Brunai. Hal inilah yang menjadikan Kerjaan Majapahit yang menarik untuk dikulik.

Berikut beberapa catatan yang menarik mengenai kehidupan masyarakat pada masa kerajaan Majapahit.

1. Rumah tanpa bangku maupun tempat tidur

Berdasarkan perkembangan Ma Huan dalam catatan Yingya Shenglan masyarakat Majapahit tidak memiliki bangku dan tempat tidur di rumahnya. Rumah penduduk di alasi jerami dan dilengkapi dengan ruang penyimpanan untuk menyimpan barang- brang mereka.

Biasanya pemilik rumah akan duduk dan berkumpul di atas tempat penyimpanan mereka. Untuk dekorasi rumah masyarakat Majapahit menggunakan patung tokoh perempuan yang terbuat dari tanah liat sebagai hiasan rumah mereka. Hiasan ini menjadi simbol status sosial.

2. Mengunyah pinang setiap hari

Masih dalam catatan Yingya Shenglan Ma Huan menceritakan kebiasaan mengunyah pinang yang dilakukan rakyat Majapahit setiap hari.

Laki- laki dan wanita akan mencampurkan pinang, daun sirih, jeruk nipis kemudian menguyah campuran ini. Setiap tamu yang datang ke rumah mereka tidak akan diberikan teh atau segelas air.

Namun, mereka akan menerima suguhan campuran pinang dan sirih. Apabila akan makan mereka akan berkumur dan membersihkan mulut dari sisa campuran sirih ini. Selanjutnya mereka akan menyantap nasi yang disajikan dengan saus atau mentega.

Kemudian langsung dari tangannya dengan formasi duduk melingkar bersama dengan anggota keluarganya. Jadi bisa anda bayangkan jika kita hidup dimasa kerajaan Majapahit kita setiap hari akan mengunyah campur pinang dan sirih.

3. Upacara kematian yang beragam sesuai keinginan orang yang meninggal

Kita sering mendengar Ngaben, Rambu solo dan berbagai upacara kematian lainnya. Saat ini upacara kematian diselenggarakan menurut kepercayaan maupun tradisi masing-masing.

Hal ini berbeda jauh dengan upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat Majapahit. Mereka akan menyelenggarakan upacara kematian menurut mendiang sendiri. Mereka yang memiliki anggota keluarga yang akan meninggal akan bertanya, apakah setelah kematiannya akan dimakan oleh anjing, di bakar atau di buang ke laut.

Keluarga yang ditinggalkan akan menggelar upacara sesuai keinginan dari mendiang dalam perintah yang ditinggalkannya. Jika ingin di makan anjing maka keluarga akan membawa jenazah di lapangan yang banyak anjing berkeliaran.

Apabila anjing tersebut melahap habis jenazah maka akan dianggap sebagai pertanda baik. Jika tidak memakan seluruhnya keluarga akan menangis dan sedih lantas memungut bagian tubuh dan tulang- tulang untuk dibuang kelaut.

Sedangkan bagi mereka yang ingin dibuang kelaut keluarganya akan melarung jenazah nya di laut. Demikian juga bagi meraka yang ingin jenazah nya di bakar keluarga akan membakarnya hingga menjadi abu. Unik bukan.

4. Banyak permasalahan yang diselesaikan dengan kekerasan

Ada suatu nasehat mengatakan selesaikan masalah dengan otak bukan dengan otot. Namun tidak berlaku pada masa ini. Ma Huan menceritakan pada masa kerajaan Majapahit sangat menghargai kepala mereka. Jika seseorang menyentuh kepala mereka tanpa izin urusannya akan panjang.

Bukan hanya bertengkar mereka bisa saja terlibat dalam perkelahian gara gara sentuh menyentuh kepala ini. Selain itu dalam sengketa dagang atau pada saat mabuk pun bakal menimbulkan masalah yang besar.

Pihak yang saling bertengkar tidak segan untuk mengeluarkan senjatanya hingga saling menyerang dan menusuk satu sama lainnya. Kebiasaan seperti ini didik oleh gaya pakaian yang dikenakan. Kaum laki-laki selalu membawa keris yang disisipkan di ikat pinggang mereka. Mulai dari anak-anak hingga tetua adat mereka membawa senjata kemanapun mereka pergi.

Nah itulah gambaran kehidupan rakyat biasa di era masa kerajaan Majapahit. Ma Huan menyebut jika penduduk pribumi terlihat kotor. Tidak pernah menyisir rambut, berjalan bertelanjang kaki, dan sangat percaya dengan ajaran setan.

Mah Huan juga menilai makanan rakyat Majapahit kala itu sangat lah kotor sebab mereka memakan serangga, dan ulat yang dibakar sebentar di atas api.

Editor : Meita Nila Sari

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network