NGANJUK, iNewsNganjuk.id - Situs Condrogeni yang merupakan tempat pertapaan Majapahit yang ada di Kabupaten Nganjuk. Situs ini berlokasi di dekat wisata air terjun Sedudo, dengan letak di Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan.
Di dekat jalan raya sekitar 2 kilometer sebelum masuk wisata air terjun Sedudo terdapat papan yang bertuliskan situs Condrogeni. Namun walaupun papan tulisannya berada di dekat jalan raya untuk situs sendiri tidak terlihat.
Untuk mencapai peninggalan sejarah ini harus ditempuh dengan menggunakan sepeda motor atau jalan kaki sekitar setengah jam. Dengan melewati perkebunan bunga mawar dan hutan pinus yang dari kejauhan sudah tampak air terjun Sedudo.
Suasana sunyi dan magis sudah terasa saat berada disana karena sangat jarang ditemui warga sekitar ditambah dengan aroma dupa yang menyengat hidung. Menurut warga sekitar sesekali terdengar gamelan sekitar situs namun setelah didekati bunyian tersebut hilang.
Konon Situs Condrogeni ini memiliki pertalian sejarah dengan candi Ngetos. Condrogeni ini berasal dari nama Patih Kerajaan Ngatas Angin yang bernama Raden Bagus Condrogeni. Letak kepatihan Raden Bagus Condrogeni terletak sekitar 15 kilometer dari Negeri Ngatas Angin yang terdapat Situs Condrogeni.
Menurut cerita dari warga sekitar situs ini merupakan tempat Pertirtaan Prabu Airlangga. Situs Condrogeni terbagi atas dua bagian, satu berada di bawah sedangkan yang satunya berada di atas.
Arca- arca yang berada di situs Condrogeni ini sangat unik dengan bentuk yang mengarah ke arca Megalitik. Arca dari situs Condrogeni merupakan peninggalan masa kerajaan Majapahit akhir. Selain arca di situs ini terdapat talud namun talud ini sudah tertutup oleh tanah dan tanaman sehingga tidak terlihat.
Situs Condrogeni bagian bawah terdapat satu arca Dwarapala, dua buah Menhir, dan sebuah batu yang menyerupai stupa. Arca Dwarapala memiliki bentuk gemuk, mulut menyeringai dengan gigi yang tajam, rambut gimbal panjang, dan hidung yang berukuran besar.
Sedangkan tangan kanannya memegang pedang polos tanpa ukiran, memakai kalung, gelang, dan di kedua telinganya memakai anting. Arca disini dalam posisi jongkok serta memakai kain untuk menutupi daerah kemaluannya.
Sedangkan di bagian atas terdapat dua buah umpak, sebuah menhir, dan sebuah arca Dwarapala. Arca Dwarapala ini lebih ramping dan tinggi dari pada yang ada dibawah. Arca ini memegang pedang berukir yang patah dan memakai kain untuk menutupi kemaluan.
Arca tersebut juga memakai kalung dan memiliki payudara. Bagian mata dan hidung arca tersebut melesak kedalam dan tangan kanan putus. Disamping arca ada sebuah kuburan dan arca dilingkari oleh pagar bambu dengan luas 3 x 8 meter. Beberapa lilin dan dupa juga tampak didepan arca. Ini sebagai pertanda jika tempaan ini digunakan untuk bersemedi.
Adanya umpak disini, kira- kira pada zaman dahulu ada bangunan pendopo. Adanya arca Dwarapala diatas dan dibawah bisa juga situs ini seperti bangunan punden berundak seperti candi Sukuh dan candi Cetho.
Menurut warga sekitar di hari- hari tertentu sering terdengar suara gamelan yang berasal dari situs Condrogeni. Disaat terdengar suara gamelan tidak ada orang ditempat itu dan disekitar juga tidak ada warga yang memiliki gamelan.
Editor : Meita Nila Sari
Artikel Terkait