NGANJUK, iNewsNganjuk.id - Warga Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk, memiliki tradisi unik dan sakral setiap Bulan Suro. Yakni, jamasan atau penyucian 6 pusaka desa yang dikeramatkan.
Ritual Jamasan Pusaka Desa Ngliman kali ini digelar pada Jumat (11/8/2023), atau bertepatan dengan Tanggal 24 Suro/Muharram.
Tujuannya sebagai salah satu penghormatan kepada Ki Ageng Ngaliman, orang pertama yang babat alas di Desa Ngliman. Karena itu pula, nama Desa Ngliman diambilkan dari nama Ki Ageng Ngaliman.
Rangkaian prosesi jamasan diawali dengan kirab keliling desa. Ratusan warga dan sesepuh desa setempat berjalan kaki, dimulai dari Makam Ki Ageng Ngaliman, sambil menggendong jarik, berisi 6 pusaka.
6 pusaka keramat itu masing-masing bernama Kiai Kembar, Kiai Bondan, Kiai Jogo Truno, Kiai Betik, Mbah Dukun dan Raden Panji. Wujudnya ada yang berupa cundrik dan wayang kayu.
Berikutnya ritual jamasan dimulai. 6 pusaka dicuci atau dimandikan menggunakan air sumber Gunung Wilis, yang mengalir di Air Terjun Sedudo. Setelah selesai, pusaka peninggalan salah satu tokoh penyebar agama Islam itu kemudian dikembalikan ke tempat penyimpanannya, di samping kantor desa setempat.
“Jamas pusaka Ki Ageng Ngaliman itu setiap Bulan Sura pada Jumat Wage,” ujar Kepala Desa (Kades) Ngliman Imam Widodo, setelah prosesi jamas pusaka pada Jumat (11/8/2023).
Selain itu, menurut Imam, ritual ini juga sebagai wujud penghormatan kepada para leluhur, sekaligus upaya melestarikan adat-istiadat sampai ke generasi muda.
Ada kejadian menarik dalam acara prosesi jamasan pusaka tersebut, di mana warga berebut air dari bekas jamasan 6 pusaka. Mereka meyakini, air tersebut memiliki berkah menangkal sial, penyubur tanaman dan manfaat-manfaat lainnya.
Editor : Agus suprianto
Artikel Terkait