Nganjuk Kota Angin, Begini Asal-usul dan Sejarahnya

Meita Nila Sari
Asal usul dan sejarah Kabupaten Nganjuk. Foto : iNewsNganjuk.id / Meita

NGANJUK, iNewsNganjuk.id - Kabupaten Nganjuk adalah salah satu wilayah di bagian barat Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Wilayah utara Nganjuk berbatasan dengan Bojonegoro, Kabupaten Kediri, dan Trenggalek. Di bagian timur berbatasan dengan Jombang, sementara di bagian barat berbatasan dengan Ponorogo dan Madiun.

Dengan luas wilayah sekitar 122.433 km2, Kabupaten Nganjuk terbagi menjadi 20 kecamatan yang mencakup 284 desa. Sebagian besar wilayah Nganjuk terletak di dataran rendah dengan ketinggian antara 46 hingga 95 mdpl.

Asal-usul Kota Nganjuk

Asal-usul sejarah Kota Nganjuk bermula pada sekitar tahun 929 M. Di Desa Candirejo, Kecamatan Loceret, terjadi pertempuran antara prajurit Empu Sendok melawan tentara Kerajaan Melayu/Sriwijaya. Kemudian setelah menang bala prajurit Empu Sendok di daerah Nganjuk, dia dinobatkan menjadi Raja dengan gelar Sri Maharaja Empu Sendok Sri Isanawikrama Dharmatunggadewa.

Kurang lebih delapan tahun kemudian, Sri Maharaja Empu Sendok mendirikan tugu kemenangan atau Jayastamba dan Candi Jayamerta. Masyarakat desa di sekitar candi diberi hadiah sebagai desa perdikan atau desa bebas pajak dengan status sima swatantra bernama "ANJUK LADANG". Kata "ANJUK" kemudian berkembang menjadi "NGANJUK" karena perubahan bahasa.

Prasasti Candi Lor menunjukkan angka tahun 859 Caka atau sekitar tanggal 10 April 937 M. Berdasarkan sejarah tersebut, tanggal 10 April 937 M ditetapkan sebagai Hari Jadi Nganjuk berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Nganjuk Nomor : 495 Tahun 1993.

Sejarah Kabupaten Nganjuk

Sejarah Kabupaten Nganjuk dimulai dengan keberadaan Kabupaten Berbek. Dilansir dari sumber resmi Kabupaten Nganjuk, Bupati Berbek pertama adalah RT Sosrokoesoemo I, yang lebih dikenal dengan sebutan Kanjeng Jimat.

Pada sekitar tahun 1811, Sultan Hamengkubuwana II dari Kesultanan Yogyakarta membagi Kabupaten Berbek menjadi dua bagian, yaitu Kabupaten Berbek dan Kabupaten Godean. Putra Kanjeng Jimat yang bernama RMT Sosronegoro II diangkat sebagai Bupati Godean.

Setelah Kanjeng Jimat wafat, adiknya bernama RT Sosrodirdjo diangkat menjadi Bupati Berbek. Pada masa pemerintahannya, ada perlawanan dari Kiai Panoppo Ngliman Guru Agung karena Desa Ngliman, yang sebelumnya bebas pajak, dikenakan pajak besar oleh Belanda.

Kemudian, Bupati Trenggalek RT Ario Koesoemoadinoto dipilih sebagai Bupati Berbek menggantikan RT Sosrodirdjo. Namun, pada April 1844, RT Ario Koesoemoadinoto diangkat menjadi Bupati Besuki menggantikan ayahnya yang telah meninggal.

Setiap tanggal 10 April diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten Nganjuk sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II No 495 Tahun 1993.

Pada tanggal 20 Januari 1883, Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan keputusan mengenai pembagian wilayah Karesidenan Kediri dan Madiun. Wilayah Kabupaten Berbek terdiri dari 7 wilayah distrik yang dipimpin oleh Wedana, yaitu Berbek, Siwalan, Nganjuk, Kertosono, Lengkong, Warujayeng, dan Gemenggeng.

Pada tanggal 28 September 1900, RMT Sosrokoesoemo III karena alasan kesehatan mengajukan permohonan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda untuk diberhentikan sebagai Bupati Berbek.

Putra sulung RMT Sosrokoesoemo III yang bernama Sosro Hadikoesoemo kemudian menggantikan jabatan sebagai Bupati Berbek berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 2 Maret 1901 No 10.

Pada tanggal 21 Agustus 1928, diberikan otonomi kepada Kabupaten Nganjuk yang sebelumnya bernama Kabupaten Berbek, dan perubahan ini berlaku mulai 1 Januari 1929.

Editor : Meita Nila Sari

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network