Nganjuk, iNewsNganjuk.id – Sebuah gubuk sederhana milik kelompok tani di Dusun Jegong, Desa/Kecamatan Wilangan, Kabupaten Nganjuk, hingga kini masih berdiri kokoh meski usianya sudah puluhan tahun. Tak banyak yang tahu, bangunan kayu beratap seng ini menyimpan luka sejarah kelam: di sinilah jasad Marsinah, seorang buruh sekaligus simbol perjuangan hak-hak pekerja, ditemukan pada 9 Mei 1993 silam.
Meski telah berlalu lebih dari tiga dekade, gubuk ini masih difungsikan warga sebagai tempat berteduh usai bekerja di sawah. Saat tim *iNews Nganjuk* mengunjungi lokasi pada Sabtu (19/4), tampak sejumlah warga tengah duduk santai atau “cangkruk” di dalam gubuk. Salah satunya adalah Mijan, pria kelahiran 1972 yang kala itu masih berusia 21 tahun ketika jasad Marsinah ditemukan.
“Saya waktu itu masih dua puluhan tahun. Banyak orang berkerumun melihat ke arah gubuk. Tapi saya hanya melihat dari jauh, jadi tidak tahu pasti kondisi jasadnya seperti apa,” ujar Mijan usai melepas alat semprot insektisida dipunggungnya.
Mijan menambahkan, kondisi gubuk hampir tidak berubah sejak peristiwa tersebut. “Masih asli semua ini. Paling atapnya pernah diganti warga, sama lantainya yang sekarang dipaving. Selebihnya tetap seperti dulu, karena memang masih dipakai buat berteduh atau ngobrol,” tambahnya.
Percakapan tiba-tiba dihentikan oleh kedatangan Mbah Wiji, pria lanjut usia berumur 82 tahun yang tengah mencari rumput untuk ternaknya. Dengan langkah pelan, ia menghampiri gubuk sambil membawa sabit dan karung. Tak banyak yang tahu, Mbah Wiji adalah saksi kunci sekaligus orang pertama yang menemukan jasad Marsinah di gubuk ini.
“Saya disuruh Mbah Wo, kepala dusun waktu itu, untuk melihat seseorang yang katanya tidur di gubuk ini. Awalnya dikira orang gila. Tapi waktu saya dekati, matanya sudah dikerubuti semut. Jelas, dia sudah mati,” kenangnya dengan suara lirih.
Setelah memastikan kondisi tubuh tak bernyawa, Mbah Wiji segera melapor ke Kepala Dusun. Tak lama kemudian, warga berkumpul dan polisi pun datang untuk melakukan olah tempat kejadian perkara.
“Setelah itu saya bolak-balik ke Surabaya, jadi saksi di pengadilan. Kalau nggak salah 13 kali saya datang ke pengadilan bersama dua warga sini yang sekarang sudah meninggal,” kisah Mbah Wiji sambil menyeruput kopi hangat dari warung di sebelah gubuk.
Ia menambahkan, saat ditemukan, tubuh Marsinah tergeletak dalam posisi terlentang, kepala mengarah ke utara. Kaki kanan lurus, sementara kaki kirinya agak terbuka sehingga pakaian dalamnya terlihat dari jalan setapak yang tak jauh dari gubuk.
“Kondisinya begitu, pakai kaos putih abu-abu, rok cokelat gelap, sama sandal jepit,” kata Mbah Wiji.
Warga juga menemukan sebuah kantong plastik di dekat jasad Marsinah. Di dalamnya terdapat resi wesel pos serta didapati juga perhiasan yang masih melekat di jarinya. Dari resi itulah identitas Marsinah akhirnya terungkap. Ia merupakan buruh PT Catur Putra Surya (CPS) di Sidoarjo yang menghilang sejak 5 Mei 1993 malam, setelah memperjuangkan hak-hak buruh bersama rekan-rekannya.
Marsinah dikenal sebagai simbol keberanian dalam menuntut keadilan di tengah represi Orde Baru. Namun, kisah tragisnya berujung pada dugaan penculikan, penyiksaan, hingga kematian. Sayangnya, lokasi penemuan jasadnya belum mendapat perhatian serius. Hingga kini, tidak ada penanda, prasasti, atau keterangan apa pun yang menjelaskan bahwa di gubuk inilah Marsinah ditemukan.
Warga sekitar menyebutnya dengan sebutan “Gubuk Marsinah”. Namun nama itu hanya hidup di mulut dan ingatan masyarakat, belum diabadikan secara resmi dalam bentuk apa pun. Ironisnya, banyak pihak bahkan tak menyadari pentingnya gubuk ini sebagai bagian dari sejarah perjuangan buruh Indonesia.
Menjelang peringatan Hari Buruh, sebuah komunitas sejarah di Nganjuk dikabarkan tengah merencanakan pemasangan plakat atau prasasti peringatan di lokasi. Rencana ini juga mencakup perbaikan gubuk agar tetap bisa digunakan sekaligus menjadi monumen peringatan bagi generasi mendatang.
Gubuk itu memang sunyi, namun menyimpan jerit perjuangan yang tak pernah benar-benar padam.
Editor : Agus suprianto
Artikel Terkait