Malang, iNewsNganjuk.id – Kelenteng Eng An Kiong yang berada di Malang, selain menjadi tempat ibadah juga menjadi bagian dari interaksi antara kaum Tionghoa dengan warga pribumi di zamannya hingga sekarang.
Seperti yang dilansir dari SINDOnews.com, pada awalnya kelenteng ini hanya dibangun secara sederhana dengan komposisi kayu.Rudi Phan selaku ketua yang mengelola yayasan kelenteng Eng An Kiong mengatakan, kelenteng Eng An Kiong telah berusia sekitar 2 abad atau 200 tahun lebih, dihitung sejak dibangun pada tahun 1825.
“Berdiri tahun 1825, hampir 200 tahun, dulu bangsa Cina kesini sudah ratusan tahun, di Jawa Tengah kelentengnya sudah 600 tahun yaitu kelenteng Sam Po Kong,” ucap Rudi Phan.
Tionghoa yang bermukim lantas membangun klenteng yang kini berada di Jalan Laksda Adi Martadinata, Kota Malang.Dulunya pada saat tahun 50an orang China mendirikan komunitas di daerah Pecinan, awalnya beranggota murni orang China semua, tetapi sekarang telah bercampur baur ada orang Arab, dan orang Indonesia.
Adanya keteraitan sejarah dan budaya perkembangan kaum tionghoa di Malang dan Jawa Tengah disebabkan oleh pendatang dari China yang mengarungi samudra hingga tiba dibeberapa kota di Pulau Jawa, mulai dari Semarang, Tuban, Surabaya dan sisanya sebagian menuju Malang serta bermukim di daerah Malang.
Para pendatang dari negeri China mayoritas berdagang hingga mereka lantas mendirikan sebuah perkumpulan di Malang dan tentu juga mendirikan tempat ibadah berupa kelenteng ini.Jadi dapat dikatakan antara kedatangan orang tionghoa di Malang dengan pendirian kelenteng nyaris sama pada tahun 1825.
(iNewsNganjuk.id/Sherly)
Editor : Agus suprianto