Mojokerto, iNewsNganjuk.id,- Warga di Desa Gading, Kecamatan Jatirejo Mojokerto sukses melakukan alih fungsi lahan pertanian. Lahan seluas 1,5 Hektar yang merupakan lahan khas Desa yang dulunya ditanami tebu sekarang menjadi kebun Pisang Cavendish.
Dilahan 1,5 Hektar ini terdapat ribuan tanaman pisang Cavendish yang bisa di panen setiap minggunya.
Salah satu pengelola nya adalah Agus Setiawan (36) yang juga menjabat sebagai sekretaris Desa Gading.
Hal ini dilakukan Agus Setiawan (36) tak lain untuk mewujudkan program ketahanan pangan oleh pemerintah di setiap daerah di Indonesia. Termasuk di tanah kelahirannya sejak awal tahun 2021.
Meski awalnya sempat pesimis, karena lahan sawah di wilayah tersebut sejak dulu ditanami tebu. Heru akhirnya berhasil menanam pisang yang dimatangkan menggunakan teknik Ripening ini, hingga menghasilkan pisang grade A dan grade B yang mampu di jual ke Supermarket di Jawa Timur.
Buah pisang Cavendish yang sudah panen dicuci bersih lalu buah di simpan dalam kardus dan ditaruh di ruang dingin dengan suhu 17-20 derajat celsius dan kelembaban optimal 75-85%.
Dalam sekali panen, ratusan bibit pisang dari Kediri ini bisa menghasilkan satu ton dengan nominal uang sekitar Rp4.000.000 sampai Rp5.000.000. Hingga saat ini, Heru mengaku, sudah merasakan enam kali panen dari bibit awal yang ditanaminya.
Dalam satu tandan pisang di jual dengan harga berbeda grade A di jual dengan harga Rp5.000 sedangkan grade B di jual dengan harga Rp4.000 begitu juga sampai bawah tandan pisang.
"Berawal dari tanaman tebu dulunya, kita adakan inovasi baru untuk memakmurkan masyarakat desa. Itu kita tanami pisang Cavendish," ujarnya
"Dalam satu tahun panen berkali-kali, karena kan gak serentak kaya tebu. Setelah masa tanam sembilan bulan, panennya seminggu sekali. Ini udah yang ke enam kalinya. Kalau tebu panen setahun sekali," ujar Agus Setiawan.
"Untuk perawatannya sama saja akan tetapi kalau sudah muncul jantung harus mulai perawatan yang insentif, pisang harus segera disuntik antibakteri agar tidak diserang hama dan menghasilkan kulit yang mulus sesuai permintaan pasar. Untuk pupuk nya pupuk kimia diberi satu bulan sekali,"tambahnya.
"Yang dijual dari pisang ini kan kulitnya dulu, jadi setelah keluar jantung pisang, dan 15 sentimeter (cm) dari atas harus disuntik dengan durasi tujuh detik gak boleh lebih. Panen pun gak boleh matang, jadi masih mentah. Kalau mateng malah gak enak rasanya, dan gak manis," ungkapnya
Ia memperkirakan dalam satu tahun panen, pisang dengan nama ilmiah Musa Acuminata Cavendish Subgroup ini bisa menyumbangkan pemasukan untuk desa senilai Rp100 jutaan.
Lantaran penanaman buah pisang Cavendish ini ditanam di lahan desa nantinya hasil penjualan juga di peruntukan untuk Bumdes setempat.
Hingga kini, pihaknya kewalahan memenuhi permintaan pasar lokalan Jawa Timur. Sebab banyak lapak atau pedagang yang mencari keberadaan pisang yang memiliki panjang kisaran 15 sampai 18 centimeter ini.
Sementara, Camat Jatirejo Harfendy Setiyapraja menjelaskan, kegiatan alih fungsi lahan ini juga memang didukung dana desa (DD) yang diharuskan memanfaatkan 20 persen untuk ketahanan pangan.
20 persen dari dana desa untuk ketahanan pangan, dan nantinya dikelola Bumdes Desa Gading sendiri. Tentunya sampai saat ini sudah ada yang menampung dan kerjasama dengan pihak ketiga untuk penjualan," ungkap Harfendy.
Editor : Meita Nila Sari